PENDIDIKAN - Kaidah penulisan berita ekonomi sangat penting untuk memastikan informasi yang disampaikan kepada pembaca akurat, jelas, dan mudah dipahami. Berikut adalah beberapa kaidah dasar yang biasanya diterapkan dalam penulisan berita ekonomi:
Akuntabilitas dan Akurasi Data: Berita ekonomi harus berdasarkan fakta yang jelas dan data yang akurat. Sumber data keuangan, statistik, atau informasi ekonomi lainnya harus dapat dipertanggungjawabkan, seperti dari badan pemerintah, lembaga keuangan, atau lembaga penelitian yang kredibel.
Struktur Berita yang Jelas: Struktur penulisan mengikuti format piramida terbalik, di mana informasi terpenting ditempatkan di awal paragraf. Pembaca harus bisa memahami inti berita dengan membaca paragraf pertama.
Bahasa yang Sederhana dan Tidak Teknis: Hindari penggunaan jargon ekonomi yang terlalu teknis atau rumit. Berita ekonomi harus bisa dipahami oleh khalayak umum, sehingga penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami lebih disarankan.
Baca juga:
Panggil Namaku 'Siti'
|
Relevansi dengan Situasi Terkini: Berita ekonomi harus relevan dengan kondisi ekonomi saat ini, baik di tingkat nasional maupun global. Pembaca ingin mengetahui bagaimana suatu peristiwa ekonomi berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari mereka, seperti inflasi, suku bunga, atau perubahan harga bahan pokok.
Objektivitas dan Netralitas: Penulisan berita ekonomi harus bersifat objektif dan netral, tidak memihak pada kepentingan politik, perusahaan, atau kelompok tertentu. Pandangan yang berbeda harus disajikan dengan adil, tanpa bias.
Sumber yang Terpercaya: Selalu sebutkan sumber informasi yang digunakan, terutama jika menyajikan data atau kutipan dari ahli ekonomi atau lembaga keuangan. Ini memberikan kredibilitas pada berita dan memungkinkan pembaca untuk memverifikasi informasi.
Penggunaan Grafik atau Tabel: Dalam berita ekonomi, penggunaan grafik, tabel, atau diagram sering kali diperlukan untuk menjelaskan tren ekonomi atau data numerik. Grafik ini harus disajikan dengan jelas, dan data yang ditampilkan harus mudah dipahami oleh pembaca.
Konteks yang Mendalam: Setiap informasi ekonomi harus diberikan dalam konteks yang tepat. Misalnya, jika berbicara tentang inflasi, penulis harus menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dampaknya pada masyarakat.
Etika Penulisan: .Sebagai jurnalis, penting untuk mengikuti etika jurnalistik, seperti tidak menyebarkan berita palsu (hoaks) dan menghindari konflik kepentingan. Etika juga mencakup menghormati privasi dan menjaga profesionalisme dalam menyampaikan informasi ekonomi.
Baca juga:
Sudut Pandang Militan Versi Jurnalis
|
Dengan mengikuti kaidah-kaidah ini, berita ekonomi dapat disampaikan secara efektif dan bermanfaat bagi para pembaca.
Berikut adalah contoh penulisan berita ekonomi yang mengikuti kaidah-kaidah yang telah disebutkan:
Judul:
Inflasi Indonesia Mencapai 6, 4% di Tengah Kenaikan Harga Bahan Pokok
Isi Berita:
Jakarta — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tingkat inflasi Indonesia pada Agustus 2024 meningkat menjadi 6, 4%, yang merupakan angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga bahan pokok, terutama beras, minyak goreng, dan daging sapi.
Baca juga:
Ozkan, sahabat dari Istanbul
|
Kepala BPS, Suharyanto, dalam konferensi pers hari Senin (21/9), menjelaskan bahwa faktor utama penyebab kenaikan inflasi adalah kenaikan harga pangan, yang menyumbang sekitar 60?ri total inflasi. "Lonjakan harga beras sebesar 15?lam tiga bulan terakhir memberikan kontribusi signifikan terhadap angka inflasi kali ini, " jelas Suharyanto.
Menurut data BPS, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan harga sebesar 9, 1% secara tahunan (year-on-year). Selain itu, harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik akibat peningkatan harga minyak dunia juga memberikan tekanan pada biaya transportasi dan distribusi.
Dampak Terhadap Masyarakat
Kenaikan inflasi ini berpotensi memperberat beban masyarakat, terutama bagi kelompok berpenghasilan rendah yang lebih banyak menghabiskan pendapatannya untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut ekonom Bank Mandiri, Faisal Basri, inflasi pangan yang tinggi dapat memicu kenaikan angka kemiskinan karena harga barang-barang kebutuhan pokok menjadi semakin tidak terjangkau oleh masyarakat berpendapatan rendah.
"Jika tidak ada intervensi dari pemerintah dalam mengontrol harga pangan, kita bisa melihat peningkatan angka kemiskinan hingga 2?lam beberapa bulan ke depan, " kata Faisal.
Respon Pemerintah
Menanggapi lonjakan inflasi ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengumumkan bahwa pemerintah sedang menyiapkan beberapa langkah strategis untuk menstabilkan harga pangan. "Kami akan meningkatkan impor beras dan menambah cadangan pangan nasional guna menurunkan tekanan pada harga beras di pasar, " ungkap Airlangga.
Selain itu, pemerintah juga akan mengkaji kebijakan subsidi untuk BBM dan barang kebutuhan pokok guna mencegah inflasi lebih lanjut. "Kami akan memastikan distribusi barang tetap lancar, terutama di daerah-daerah terpencil yang paling terdampak oleh kenaikan harga, " tambahnya.
Analisis dan Prediksi
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Dr. Sri Mulyani, menyebutkan bahwa inflasi yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal seperti ketidakstabilan harga minyak dunia dan perubahan iklim yang mengganggu pasokan pangan. "Namun, jika pemerintah bisa mengendalikan suplai pangan dan memberikan subsidi tepat sasaran, inflasi dapat ditekan kembali ke kisaran 4% pada akhir tahun, " ujarnya.
Dalam jangka panjang, stabilitas harga pangan dan BBM akan sangat bergantung pada kebijakan global dan kemampuan Indonesia dalam mengelola cadangan pangan serta ketahanan energi.
Kesimpulan
Dengan tingkat inflasi yang terus meningkat, masyarakat perlu bersiap untuk menghadapi kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Di sisi lain, langkah pemerintah dalam mengendalikan inflasi akan sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Sumber:
Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Mandiri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Universitas Indonesia.
Penjelasan Contoh:
Akuntabilitas dan Akurasi Data: Berita ini mengacu pada data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), dengan mencantumkan angka inflasi dan sumber lainnya yang relevan.
Struktur yang Jelas: Berita disusun dengan mengikuti format piramida terbalik, di mana informasi paling penting tentang kenaikan inflasi disampaikan di paragraf awal.
Bahasa yang Sederhana: Istilah ekonomi dijelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami, seperti penjelasan dampak inflasi terhadap masyarakat berpenghasilan rendah.
Relevansi dengan Situasi Terkini: Berita mengaitkan inflasi dengan kondisi harga pangan dan BBM, yang merupakan topik aktual.
Objektivitas dan Netralitas: Berbagai sudut pandang disajikan, baik dari pemerintah maupun ekonom independen, tanpa menyalahkan pihak tertentu.
Sumber yang Terpercaya: Sumber berita berasal dari lembaga resmi seperti BPS dan para ahli ekonomi yang dikenal luas.
Grafik atau Tabel (Opsional dalam Contoh): Dalam laporan nyata, grafik inflasi atau tabel harga komoditas dapat disertakan untuk memperjelas data.
Konteks yang Mendalam: Dampak inflasi pada masyarakat dijelaskan dengan rinci, serta prediksi ke depan diberikan oleh para ahli.
Etika Penulisan: Tidak ada bias dalam penulisan, dan berita berfokus pada fakta serta analisis yang mendalam.
Contoh ini menunjukkan bagaimana penulisan berita ekonomi bisa tetap informatif, jelas, dan sesuai dengan kaidah jurnalistik yang berlaku.
Jakarta, 21 September 2024
Hendri Kampai
Wartawan Utama (Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI)